Thursday, October 11, 2012

Kisah Si Bedu; Biasanya Begini


BIASANYA BEGINI....,


Terkenang kala dia menjadi kapolsek; bagaimana sebuah prestasi besar pertama dia ukir. Kebanggaan tiada tara tak terungkapkan..

Randudongkal,  September 1993; suatu siang..

Pintu diketuk tiga kali dan tanpa diminta masuk keruangan, seorang anggota jaga masuk dan menghampiri Bedu diruang kerja; anggota serse.

“Lapor ndan, ada penemuan mayat”
Dayat anggota yang katanya paling berpengalaman sebagai reserse di polsek melapor.
”Mayat??? Mayat apa?” Bedu bertanya.
”Mayat bayi ndan”.
“Ayo kita ke TKP”.

Mendatangi TKP adalah sebuah keharusan dalam mengungkap kejahatan. Ada teori kejahatan dimana sebuah kejahatan pasti meninggalkan jejak, dan jejak itu dimulai dari TKP itu sendiri. Demikian kira-kira pelajaran yang dia dapat dari bangku Akpol dulu. Bedu harus datang untuk melakukan penangann awal dan mengolah TKP tentunya.

Lokasi TKP hanya berjarak lima kilometer dari polsek. Sebuah rumah penduduk dilingkungan yang asri dengan jarak antar rumah tidaklah berjauhan. Kerumunan penduduk terlihat seperti ingin tahu melingkar di belakang rumah. Bedu mendatangi lokasi tersebut, terlihat sebuah pipa pralon yang pecah dengan badan bayi menyembul didalamnya. Belum ada yang menyentuhnya. Pemandangan yang sangat miris…

Bedu mendekat ke lokasi dan meminta kerumunan orang untuk menjauh. Semakin mereka diminta menjauh, semakin mereka mendekat ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
Bayi kecil itu seperti baru dilahirkan. Dibuang begitu saja di WC dan terhambat disaluran pembuangan.

Mengamankan TKP, mencari saksi, mengumpulkan bukti; begitu kira-kira yang harus dilakukan. Semua pasang mata memandang. Mereka berharap polisi muda ini bisa mengungkap. Secara sistematis semua harus dilakukan.

TKP, selesai.. hasilnya buntu. Saksi-saksi tidak ada keterangan yang meyakinkan. Hanya satu keterangan kunci; sore kemarin ada arisan ibu-ibu dirumah itu, duapuluh lima orang. Itu artinya ada dua puluh lima ibu-ibu calon tersangka…

Orang habis melahirkan logikanya ada jejak dikemaluannya itu saja. Artinya dia harus meminta bantuan seorang dokter untuk melakukan pengecekan fisik terhadap mereka. Sementara mengumpulkan semua ibu-ibu itu bukanlah hal bisa cepat dilakukan. Mereka tersebar di penjuru kampung. Belum lagi nama-nama mereka harus dicari satu persatu.

Yang dia tahu, dia harus membawa mayat bayi itu ke puskesmas terdekat untuk di otopsi sebab-seba kematian. Rumah sakit terdekat hanya ada di kota Pemalang, terlalu jauh..

”Ndan, saya ada cara mengungkap kasus ini”, Dayat mendekati Bedu sambil berbisik.
”Bagaimana pendapat kamu?” Tanya Bedu mencoba menampung aspirasi anggotanya.
”Kita ketempat Kepala dusun Kaliadem disebelah kampung ini”.
Ke kepala dusun.., sesuatu yang masuk akal sebagai tokoh kampung dia pasti mengetahui seluk beluk kampung. Itu kira-kira yang ada di kepala Bedu.

”Baik, setelah selesai ini semua kita mendatangi pak Kadus dirumahnya”

Bedu masuk ke mobil bersama Dayat sambil meninggalkan pesan kepada anggotanya untuk mengumpulkan ibu-ibu itu ke Polsek untuk dilakukan pemeriksaan. Sepanjang perjalanan Dayat bercerita bahwa orang yang akan didatangi merupakan tokoh yang sudah terkenal seantero Pemalang bahkan sampai keluar Pemalang. Dia merupakan ”orang pintar” yang bisa mencari tahu sesuatu dengan cara supranatural. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada orang yang minta nomer Porkas dan nomernya tembus dapat satu milyar.

”Wah berarti kita ke dukun ni?” Bedu berguman pelan menyesali persetujuannya untuk berangkat ke Kadus itu. Tapi ada baiknya dicoba pikirnya daripada penasaran, lagian khan memang dia berniat ingin mencari tahu seberapa hebatnya si Dayat ini seperti kata orang.

Dirumah Kadus;
”Assallam Mualaikum Pak Kadus, saya sama Kapolsek mau minta minta bantuan pak”.
Dayat menyapa.
”Waalaikum Salam, silahkan masuk”.
Seorang laki-laik paruh baya mempersilahkan masuk kedalam
”Ada apa ini?” tanyanya sedikit keheranan.
”Ini pak saya dengan Kapolsek baru menangani masalah orang buang bayi, kita mau cari tahu siapa yang buang...” Dayat menimpali setelah sedikit berbasa basi.
”Baik, bapak tunggu saja disini saya masuk dulu kedalam”. Si kadus masuk kedalam meninggalkan Bedu dan Dayat diruang tamu.
Tidak berapa lama kemudian hanya 5 menit, Kadus keluar sambil membawa segelas air.
”Saya tadi didalam sudah lihat ke gelas ini, pelakunya perempuan, rambut sebahu, cantik, berkulit putih, dan sekarang posisinya sudah sampai di terminal pemalang. Bapak harus buru-buru sebelum pelakunya lari keluar kota”.
Sang kadus mencoba menjelaskan ke Bedu dan Dayat sambil matanya menerawang kedalam gelas itu. Sementara Bedu dan Dayat mencoba memperhatikan dengan serius kearah gelas itu. Bedu tidak dapat melihat apa-apa selain gelas dan air putih didalamnya, tidak ada yang lain..

”Baik pak, terima kasih saya langsung ke terminal pemalang cari pelakunya”, ujar Bedu sambil buru-buru keluar. Terlihat Dayat mengeluarkan uang lima ribuan dari kantongnya dan meletakkan diatas meja sambil tidak enak mengikuti Bedu.

”Kenapa kamu kasih duit?” Tanya Bedu
”Ucapan terima kasih ndan, sudah dikasih jalan informasi”.
”Informasi apa?”
”Itu tadi ndan..”.
”Informasi apaan, memangnya kamu lihat apa di gelas tadi?”
”Tidak lihat apa-apa ndan”.
”Lha kok kamu percaya???”
”Mungkin yang bisa lihat bapak itu saja ndan, kita khan orang awam. Lagian informasinya selama ini tokcer kok ndan”.
”Tokcer gimana, berapa kali kamu tanya dia..?”
”Sering ndan.. kalau ada kehilangan motor”
”Memangnya terungkap?”
”Belum sich ndan, tapi kalau Porkas banyak yang kena..”
”Kamu denger nggak yang dia bilang tadi?”
”Denger ndan, katanya pelakunya cantik rambut sebahu kulit putih dan sekarang ada di terminal Pemalang”.
”Bodoh kamu, bener kalau orang bilang dia ”oang pinter”. Semua omongannya ya masuk akal; namanya orang bisa hamil ya pasti perempuan, kalau perempuan ada yang menghamili paling tidak dia juga ada cantik-cantiknya. Nah kalau dia habis melakukan kejahatan pasti ya lari, caranya lari nggak ada cara lain selain naik angkutan ya pasti lewat terminal”

”Oooooohhhh...” Dayat melongo
”Oh?? Ngapain Oh? Sekarang kita cek saja ke Polsek apa sudah kumpul belum ibu-ibu itu disana. Kamu sudah hubungi dokter?”
”Sudah ndan, pak dokter Susilo khan temen baik polsek dari dulu.

Sesampainya di Polsek, Bedu melihat antrean ibu-ibu yang gelisah menunggu giliran masuk ke ruang pertemuan polsek untuk diperiksa. Sebagian tertawa-tawa untuk menghilangkan kegelisahan. Mereka semua merasa yakin tidak bersalah. Hasilnya... keduapuluh lima perempuan itu selesai diperiksa oleh dokter Susilo dan dokter keluar ruangan sambil menggelengkan kepalanya..

”Bagaimana dok?”
”Ndak ada diantara mereka pak Kapolsek”.
”Jadi tidak ada tanda-tanda mereka baru melahirkan??”
”Lha bapak in gimana, saya khan dokter, ya pasti tahu kemaluan perempuan habis melahirkan”

Buntu...
Bedu segera mengumpulkan anggota reserse;berdiskusi memecahkan kasus tersebut.
”Mari kita ulangi dari TKP, di TKP kita temukan mayat bayi. Bayi tersebut baru lahir, dan tidak ada saksi yang mengetahui kecuali ketika bayi itu ditemukan karena pralonnya pecah.” Bedu mencoba menggambarkan ulang situasi saat itu.
”Alibi yang kita dapat bahwa sehari sebelumnya ada arisan disana dengan yang hadir duapuluh lima orang dan semuanya sudah kita cek hasilnya negatif” lanjut Bedu
”Masih ada yang belum kita periksa?”
”Sudah semua ndan..” Eko anggota reskrim mencoba menjelaskan bahwa kesemua ibu-ibu termasuk pemilik rumah sudah diperiksa.
”Coba cek lagi, pemilik rumah punya anak perempuan tidak?” Bedu masih belum yakin.
”Pemilik Rumah bu Ati punya anak cewek tapi masih tiga belas tahun ndan, tidak mungkin dari dia, dia khan masih kecil”. Eko kembali menyahut.
”Kenapa tidak mungkin? Coba jemput dia kita cek semuanya..” Bedu memerintahkan anggotanya untuk mengecek kembali seteliti mungkin.

Anggota menjemput Sari, anak pemilik rumah, seorang gadis kecil masih kelas dua SMP. Wajahnya sayu seperti sedang sakit. Tidak tega rasanya memeriksa anak itu, namun pemeriksaan seteliti mungkin adalah prinsip pengungkapan perkara. Dokter membawa Sari masuk kedalam ruang pemeriksaan dan tidak berapa lama kemudian keluar lagi dengan mata kosong.

”Gimana Dok?”
”Positif pak kapolsek..”
”Dia?” tanya Bedu setengah tidak percaya.
”Iya pak, kemaluannya menunjukkan tanda baru melahirkan”
”Haaaaaa.....?”

Bayangkan, seorang gadis lugu berumur tigabelas tahun baru saja melahirkan. Ketika hal itu ditanyakan kepada kedua orang tuanya mereka pun setengah tidak percaya, karena mereka tidak pernah tahu tahu anaknya sedang hamil...

Kasus terungkap karena menggunakan cara-cara yang benar; itulah pelajaran hidup yang Bedu dapat hari itu. Kebiasaan anggota yang secara turun temurun melaksanakan kegiatan dengan cara yang salah harus diperbaiki, tidak ada kata lain. Kalau ini dibiarkan kapan polisi mau maju??

Banyak kegiatan anggota yang dilaksanakan dengan hanya mencontoh kebiasaan lama. Hal tersebut dan terpola menjadi sub budaya mereka. Kalau seorang pimpinan mau menunjukkan cara dan metode baru, mereka selalu mengatakan ”ah biasanya begini ndan” atau ”yang sudah-sudah juga begini ndan”. Sebuah perilaku mendarah daging yang sangat sulit diubah. Cara baru berarti penyesuaian bagi mereka dan itu menimbulkan ketidak nyamanan. Sebuah tantangan bagi Bedu untuk selalu meningkatkan kemampuan anggotanya.
Ingatan akan prestasi pertama itu, membangkitkan gairah kerja Bedu. Tekadnya semakin bulat untuk mengajak anggotanya berbuat maksimal dalam bekerja. Pendekatan kerja yang lebih sitematis dan berlandaskan pada ilmu dan teknologi harus dikembangkan.


2 comments:

  1. Umumnya dalam struktur organisasi di Indonesia, terutama kepemerintahan, atasan diandalkan untuk menginisiasi pembaharuan. Tidak sepenuhnya salah, tetapi pola pikir itu menyebabkan organisasi bersangkutan sulit dikembangkan. Perlu motivasi yang terus menerus terhadap bawahan agar menjadi proaktif dan menyadari perannya.

    ReplyDelete