Friday, October 12, 2012

Negeri Penuh Tipuan






Negeri Menyedihkan,..

Membayangkan Negara ini,, seperti membayangkan Indonesia beberapa tahun yang lalu. Coba simak apa yang kami lihat dan kami rasakan selama di negeri ini;
Ketika pertama mendarat di Airport, suasana bandara yang nyaman sangat jauh terasa dari harapan. Para penumpang harus mengantri berular-ular dan diperlakukan bukan seperti layaknya seorang tamu oleh petugas bandara. Budaya antri ini bukanlah budaya yang mengakar dan berurat di negeri ini, bayangkan ketika kita mengantri,, dapat dengan jelas terlihat bahwa ada beberapa orang yang membawa Passport orang-orang tertentu dan lewat jalur belakangan meminta petugas bandara untuk menstempel passport tersebut dan selanjutnya bisa dibayangkan apa yang terjadi, orang tersebut dengan leluasa melewati antrian yang sudah panjang dan tidak bergerak ini.

Keluar dari bandara, kembali kita harus berhadapan dengan petugas beacukai yang sudah menanti dan mengawasi koper-koper tertentu yang sudah diberi tanda khusus (X) dengan kapur putih,, bila kita beruntung, dengan uang sejumlah tertentu koper kita bisa lolos dari pengawasan mereka, ini berarti apa?? Kita bisa membawa apa saja ke negeri ini asalkan kita sanggup memberikan pelicin kepada petugas,.

Budaya pelicin dan uang mulai berlaku sejak di pintu kedatangan,, apakah sudah selesai?? Ternyata belum,

Lepas dari petugas bandara kita sudah ditunggu oleh pengangkut koper liar yang pura-pura  dengan sopan membantu memindahkan barang dari troli ke mobil kita,, lagi kalau kita tidak waspada,, jangan kita beranggapan bahwa mereka adalah orang yang baik hati,, ternyata mereka tidak mau pergi, sebelum kita memberikan sejumlah uang,, dan hebatnya uang yang diminta tidak tanggung-tanggung bukan sedikit ternyata,, antara 5-10 dolar amerika bila kita kurs kan,,Sebuah pemerasan gaya modern,.

Menyedihkan memang, tapi jangan harap kita meminta tolong kepada petugas pengamanan karena sepanjang mata memandang budaya pelayanan memang jauh panggang dari api.
Selanjutnya apalagi??

Jalan raya, sebuah etalase ketertiban suatu daerah,, benar-benar menjadi contoh kesemrawutan negeri ini,. Tidak ada yang mau mengantri meskipun hanya untuk menuju pintu keluar bandara,. Bila kita tertib, maka makan hati adalah akibatnya,, karena kendaraa-kendaraan dengan pengemudi lokal dengan seenaknya menyalip kita dan tiba-tiba sudah berada didepan kita,.
Sebuah potret lain, perumahan. Perumahan di negeri ini tidak memiliki saluran sanitasi yang baik, jadi jangan heran kalau semua kotoran dibuang ke jalan,, jadi jalan raya bukan hanya tempat berkumpulnya orang tapi juga tempat berkumpulnya kotoran,, luar biasa, bagaimana mereka bisa bertahan dengan kondisi seperti ini,. Sebuah contoh buram kesemrawutan dan ketidak teraturan. Hidup tanpa aturan adalah kehidupan yang menyedihkan. Namun lebih menyedihkan lagi bila kita hidup tanpa ada pelayanan publik yang selayaknya.

Menyedihkan lagi bukan? Tapi itu belum seberapa,, bila kita pergi ke Bank dan mencoba untuk berdiri dalam antrian,, maka bisa sampai sore kita tidak akan dapat kesempatan karena memang antrian itu tidak pernah ada,. Bagi mereka, siapa cepat maka dia dapat,. Ataupun bila kita mengantri di Bank untuk mengambil uang kita sendiripun,, bisa jadi lagi-lagi kalau mau dilayani cepat dibutuhkan “pelicin” agar kita bisa dilayani lebih cepat lewat jalur belakang,.

Cerita belum berakhir,;
Suatu hari kami mendapatkan musibah,, rumah dimana kami tinggal dibobol maling. Hal pertama yang dilakukan adalah melaporkan masalah tersebut kepada pemilik rumah. Permasalahan menjadi menarik ketika pada s saat itu pada pukul 6 pagi, sipemilik rumah menelepon polisi untuk meminta bantuan, dan ternyata apa jawaban sang polisi?? “silahkan anda datang ke kantor untuk membuat laporan nanti kalau hari sudah mulai terang”… Luar biasa,, budaya pelayanan mereka benar-benar tidak ada,.
Sudah selesai?

Masih ada lagi,, sektor swasta maupun sektor pelayanan publik lainnya sama-sama berlomba mencari untung dari berbagai kondisi yang telah tercipta selama ini. Bagi mereka semua pelayanan menjadi barang yang mahal. Bukan kewajiban mereka melayani rakyatnya yang notabene adalah stakeholder maupun customernya,. Pelayanan hanyalah tipuan sederhana karena semua sektor pelayanan telah dimonopoli oleh beberapa pihak saja, sehingga bagi mereka kalaupun mereka tidak melayani dengan baik, sang pelanggan tidak akan dapat layanan dari pihak lain,. Karena memang tidak ada pilihan lain.
 Luar biasa,. Apa yang sudah kita bayar, tidak akan sebanding dengan apa yang kita harapkan, tapi itu tidak ada pilihan bukan?

Membayangkan lebih jauh negeri ini, maka tidak mengherankan bila hampir 90% rakyatnya sangat miskin dan kelaparan ada dimana-mana. Perang sipil telah berkecamuk selama puluhan tahun karena ketidak puasan kepada kondisi dan keadaan yang dikendalikan secara sentralistik dari ibukota,. 

Hampir sebagian besar anggaran Negara tersedot untuk menghidupi militer dan membeli amunisi yang digunakan untuk membunuh sesame anak negeri,. Belum lagi kita bicara bersapa besar anggaran Negara yang mengalir kekantong-kantong pribadi para oknum.

Penyelesaian dengan cara kekerasan adalah pilihan yang secara turun temurun diwariskan dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga mengakibatkan korban pada rakyat yang tidak berdosa

Pendidikan sebagai sarana utama membangun bangsa negeri ini telah lenyap, karena pendidikan menjadi barang langka dan mahal. Rasanya akan menjadi lebih mudah mengendalikan mereka apabila mereka bodoh,. Namun asumsi tersebut adalah asumsi yang sangat salah, karena kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan dan kekufuran.

Pengungsian dan pemukiman kumuh adalah hal yang biasa di negeri ini. Hanya dengan bantuan dan donasi berbagai Negara lain sajalah yang membuat mereka terhindarkan dari kelaparan. Dan hebatnya para pemimpin mereka tidak pernah merasa malu dan tidak nyaman dengan situasi seperti itu. Belas kasihan adalah senjata mereka untuk meminta, sebaliknya kesombongan adalah cara mereka untuk menolak dan hebatnya keserakahan adalah cara hidup mereka untuk mengelola negeri ini.

Ini bukan terjadi di Indonesia,, ini terjadi di sebuah negeri yang jauh dari Indonesia,. Namun hal seperti ini pernah terjadi di negeri kita,.
Doa saya untuk bangsa Indonesia, berbahagialah menjadi anak negeri, yang semakin hari semakin menuju kepada arah yang benar. Jagalah agar arah kehidupan bangsa ini tidak berbelok menuju arah yang tidak kita harapkan bersama.

Bangunlah bangsa kita menjadi bangsa yang beradab,, sebagaimana Panca Sila telah mengajarkan banyak hal kepada kita. Panca Sila bukanlah sesuatu yang diciptakan semalam oleh para orangtua kita dahulu. Semua sila yang ada merupakan hasil perenungan dan pemikiran serta pengalaman bertahun-tahun,. Namun kini, bahkan anak-anak kita hampir melupakannya,.

Jangan pernah wariskan negeri kita menjadi sebuah negeri penuh tipuan,
Bangunlah negeri kita menjadi negeri yang berketuhanan Yang Maha Esa
Bangunlah negeri kita menjadi negeri yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
Bangunlah negeri kita menjadi negeri yang bersatu sebagai Persatuan Indonesia
Bangunlah negeri kita menjadi negeri yang demokratis
Bangunlah negeri kita menjadi negeri yang adil dan sosial..

Salam dari Darfur Sudan.

No comments:

Post a Comment