Friday, October 12, 2012

Semangat Quick Response dan Penggunaan Teknologi


Oleh Oleh Dari Jepang.. 


Semangat Quick Response Dalam Pelayanan
Seiring dengan meningkatnya  perhatian terhadap pelanggaran/ tindak pidana khususnya di negara Jepang, menuntut adanya suatu pelayanan yang maximal untuk menjawab kebutuhan masyarakat  dalam menangani setiap tindak pidana  yang terjadi dimasyarakat.

Pada saat ini kepolisian diJepang menggunakan strategi  dengan bekerja sama dengan masyarakat guna mencari cara yang paling efektif untuk menjawab kebutuhan  masyarakat. Salah satu strategi menjawab setiap pengaduan masyarakat adalah dengan cara membangun semangat quick response kepada setiap anggota kepolisian  dalam pelayanan kepada masyarakat di Jepang yaitu dengan menggunakan Comunication Command Center (Pusat Pengendalian Operasional) merupakan bagian dari Community Police sebagai pusat pengendalian dan komunikasi yang ada di Polres dan Polda, sebagai sarana untuk mempercepat waktu    kehadiran     petugas    polisi mendatangi dalam menangani laporan masyarakat (Quick Response Time).

Kecepatan merespon laporan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk dapat  mempertahankan dan  meningkatkan  kepercayaan masyarakat terhadap polisi.

Fungsi utama dari Comunication Command Center ini adalah  menerima laporan dan pengaduan melalui telepon 110 dari masyarakat dan secepat mungkin merespon serta menindaklanjutinya dengan cara  meneruskan laporan tersebut, baik kepada Police Station maupun langsung ke koban, Chuzaiso, petugas patroli dan mobil patroli (Patrol car) yang terdekat dengan TKP untuk segera mendatangi TKP.

Dengan sistem kerja itu, dapat dikatakan bahwa Communication Command Center ini merupakan jembatan penghubung antara masyarakat dan Polisi. Dalam menjawab setiap laporan/pengaduan masyarakat guna menciptakan keamanan di Jepang.

Belajar dari semangat quick response  dengan menggunakan communication command center ini di kepolisan Jepang diharapkan sistem in juga dapat  diterapkan di Indonesia dalam membangun semangat quick response di setiap anggata kepolisan di Indonesia dimana setiap anggota kepolisian dituntut untuk bersikap reaktif dan proaktif terhadap setiap pengaduan dan laporan dari masyarakat untuksegera datang ke TKP guna melakukan Pengamanan TKP dan olah TKP dalam rangka menjawab permasalahan yang terjadi dimasyarakat.

Penggunaan Teknologi  Dalam Setiap Kegiatan Kepolisian
Teknologi kepolisian yaitu alat yang diciptakan untuk membantu pelaksanaan tugas kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat secara efektif dan efisien. Teknologi kepolisian dapat dikategorikan dalam dua dimensi yaitu teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yaitu seperangkat peralatan yang tidak menggunakan mesin atau peralatan yang rumit dan dapat dioperasionalkan secara mudah (tidak memerlukan keahlian khusus) oleh setiap petugas. Sedangkan teknologi modern, menggunakan serangkaian peralatan yang cukup komplek/ rumit dan dalam mengoperasionalkan memerlukan keahliah khusus yang didapat melalui pendidikan atau pelatihan secara spesifik.

Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan tugas kepolisian, tidak harus teknologi modern karena yang lebih esensi yaitu teknologi tepat guna. Artinya walaupun teknologi sederhana yang digunakan, tetapi sangat tepat dan bermanfaat untuk polisi dalam melaksanakan tugasnya. Namun di sisi lain untuk penanganan masalah yang cukup luas dan kompleks, juga tidak boleh mengabaikan penggunaan teknologi modern seperti penggunaan teknologi pada labotarorium forensik, untuk mendeteksi keberadaan orang yang masih hidup ketika tertimpa bangunan pada saat terjadi gempa (live detection camera), pemantau situasi lalu lintas Traffic Control Center (TCC) danCCC

Teknologi sederhana, biasa digunakan sebagai kelengkapan perorangan berupa: meteran, radio komunikasi 110, gas air mata, revolver, HT, tongkat polisi, pulpen dan buku catatan. Untuk kelengkapan kantor  yaitu: sepeda, lampu senter, komputer, CCTV, alat untuk parkir illegal, rompi anti peluru, rompi anti senjata tajam, alat berupa besi baja ‘seperti huruf Y’ (dinamakan: Satsumata), TKP Kit (berisi kit untuk sidik jari tangan dan kaki/sepatu), alat untuk mengetahui kadar alkohol yang diminum pengendara mobil, bendera stop-an dan tameng polisi.

Di Jepang, sepeda yang dimiliki Koban sangat besar manfaatnya untuk melaksanakan tugas patroli dan  kunjungan rutin ke rumah-rumah penduduk (Junkai renraku), tilang parkir illegal, razia sepeda yang dicurigai dan mendatangi TKP. Untuk patroli pada malam hari, setiap anggota wajib menggunakan tameng anti senjata tajam atau anti peluru yang digunakan di dalam jaket. Demikian juga dengan penggunaan Satsumata yang panjangnya kurang lebih 2 meter (dan dapat di lipat  untuk menghalau / menghadapi orang yang sedang mabok atau sedang menggunakan senjata tajam).

Teknologi modern digunakan oleh tim identifikasi investigasi kriminal, dan investigasi lalu lintas. Alat untuk sidik jari dengan 12 karakter menggunakan AFIS/automated fingerprint identification system, menganalisis DNA menggunakan Genetic analyser yang memungkinkan memisahkan fragmen DNA dengan kecepatan dan resolusi tinggi. Khusus untuk pengendalian lalu lintas menggunakan CCTV dengan VICS (vehicle information and communication system)

Beberapa hal yang perlu dicermati dalam penggunaan teknologi dalam kegiatan perpolisian, yaitu :
- Penggunaan teknologi tidak harus selalu modern. Walaupun sederhana apabila digunakan secara tepat, akan memberikan manfaat yang sangat besar dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Penggunaan teknologi modern, dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih komplek dan memerlukan kecermatan dalam memecahkan masalah seperti : Penyelidikan dan penyidikan oleh tim investigasi kriminal dan lalu lintas untuk  membuat terangnya suatu perkara dan Memonitor terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas dengan sistem pengendalian lalu lintas secara terpadu.

Namun demikian, yang merupakan key activity pelaksanaan tugas polisi di Jepang yaitu respon yang sangat cepatdari setiap petugas terhadap semua laporan masyarakat (masalah pidana atau bukan pidana). Semua teknologi yang tersedia tidak dapat bermafaat secara optimal apabila tidak ada motivasi yang kuat dari petugas untuk memecahkan masalah secara optimal. Hal tersebut memerlukan tingkat kesadaran yang cukup  baik (mau dan mampu) untuk mengoperasionalkan semua peralatan dengan teknologi tepat guna.

No comments:

Post a Comment