Thursday, October 11, 2012

Tulisan Tanpa Judul


Masih dalam moment Olimpiade..

Satu pertanyaan kecil, "Mengapa Indonesia tidak bisa berprestasi di dunia Internasional??"

Pertanyaan yang menimbulkan ribuan jawaban. Silang kata akan keluar dari banyak kepala. Untuk menambah triger pemikiran, saya membawa alam pikiran kita semua kepada posisi peraihan medali di Olimpiade saat ini.

Kita tidak usah berbicara tentang China dan Amerika, Inggris atau Jepang dan Korea.

Indonesia saat ini berada pada peringkat 50 dari total seluruh negara peserta Olimpiade.  Tapi perlu diingat, peringkat 50 ini bukan berarti nomor 50, krn ada beberapa peringkat yang dihuni oleh beberapa negara, artinya, bisa saja sbnrnya Indonesia lebih dari peringkat 50.

Sangat mengenaskan kalau mengingat kita sering mengaku-aku sebagai negara besar. Cobalah tengok negara2 lain. Percayakah rekan2, bahwa Grenada hanyalah negara kecil berpenduduk 100 ribu orang di daerah Kepulauan Karibia Selatan sana? Ya, mereka telah mendapatkan medali emas atletik saat ini.

Kalau pertanyaan kecil tentang prestasi Indonesia diatas dikembangkan pada bidang lain selain olahraga, maka akan makin terbuka mata kita, bahwa ya memang benar, kita ini belum bisa bicara banyak pada era persaingan global saat ini.

Pertanyaannya adalah, mengapa?? Kadang-kadang saya suka mengkritisi beberapa peribahasa yang saat ini mungkin sudah tidak up to date lagi yaitu; Alon-alon asal kelakon dan biar lambat asal selamat..

Kedua peribahasa itu sepertinya memang sudah mendarah daging dalam jiwa raga bangsa kita. Sebuah filosofi yang menarik untuk diterapkan dalam beberapa pola kehidupan, tapi sungguh kurang pas kalau kita terapkan dalam era globalisasi saat ini, bahkan KPK pun sudah berani menyerobot ditikungan bukan??

Saya tidak mengatakan bahwa kita adalah bangsa yang pemalas, meskipun indikator untuk itu sungguh banyak, misalnya;
- Cuma di Indonesia kita bisa naik angkutan umum yang sampai depan rumah (ojek); karena banyak dari kita yang malas jalan kaki..
- Cuma di Indonesia kita bisa naik angkutan umum stop dimana saja sesuka kita (meskipun di depan perempatan dan menutup jalan orang)
- Cuma di Indonesia yang kantor2nya penuh dengan mobil pribadi, krn kita gak mau naik angkutan umum..
- cuma di Indonesia kita bisa buang sampah dimana saja, dijalan, di got, di kali, dan dimana saja sesuka kita tanpa merasa bersalah.
- di Indonesia ada orang gak mau kerja keras tapi mau cepet kaya, makanya banyak orang nyimpen duitnya di Investasi ilegal
- di Indonesia ada orang gak berprestasi tapi mau dapat jabatan tinggi..

Singkat kata, bangsa kita ini suka sekali dengan yang namanya instant.; termasuk makanan instant..

Padahal didunia ini semua hasil itu hanya dapat diraih dengan kerja keras (dan Insya Allah atas seijin Allah). Percayakah kita, bahwa  masuk surgapun kita harus kerja keras..(Mudah2an kita semua masuk dalam golongan itu).

Cobalah lihat;
- Puasa itu khan kerja keras.
- shalat teraweh dikala kenyang, lumayan kerja keras..
- Bangun tengah malam, shalat tahajud, sungguh saha yang keras bagi yang tidak terbiasa
- Sahur, dikala ngantuk..
- Baca Quran habis sahur sampai matahari terbit, sungguh usaha yang keras bukan..

Kalau kita coba tengok persaingan mau masuk surga, bisa dilihat kala kita menunaikan ibadah umroh dan atau haji;

- Lihatlah betapa orang berdesak2an mencoba meraih Pintu Kabah dan Hajar Aswat.. Tanpa usaha dan persaingan, maka mustahil hal itu bisa tercapai. Lagipula, semua itu butuh kerjasama Tim. Namun yang menarik, orang Indonesia suka menggunakan jasa calo untuk mengantarkan mereka kedekat sana.. Sungguh cara yang instant..
- Lihatlah bahwa ada sebuah tempat bernama Raodah di Masjid Nabawi dimana banyak janji Allah ketika kita bisa berada disana,. Butuh kerja keras dan kekuatan untuk bisa kesana, bertahan disana dan selalu disana.. Bagi kita2 yang kurang usaha, maka dengan mudah mengatakan bahwa "ya dimana saja yang penting diterima ibadahnya"..
- lihatlah betapa bangsa Turki dengan rantai manusia nya selalu mampu menembus barisan terdekat dalam prosesi tawaf di Masjidil Haram, dan kita selalu terpecah belah disana..

Mohon maaf saya memberikan contoh2 spt diatas, mengingat mumpung bulan puasa masih update..

Sejujurnya...:
Tulisan ini terinspirasi pada dua hal. Pertama, suatu hari saya menyaksikan sebuah Stasiun TV Olahraga di Amerika sini menyiarkan program pertandingan basket. Kebiasaan dari stasiun TV disini dalam penayangan program olahraga adalah dengan mengangkat sisi lain dari para pemainnya. Disana terlihat bagaimana seorang pemain "dibeber" riwayat klub nya dari beberapa tahun terdahulu dia bermain dI klub mana, kemudian pindah ke beberapa klub lain hingga pada klub yang sekarang. Selain riwayat klub, juga bagaiamana detail prestasi digambarkan dengan jelas. Berapa kali membuat goal, berapa kali membuat assist, berapa kali mematahkan serangan lawan, berapa pelanggaran, dll..

Dari penayangan tersebut, saya melihat sesuatu yang menarik, bagaimana seorang pemain yang berkwalitas dapat tetap eksis direkrut sana sini dan mendapatkan penghasilan jutaan dollar setiap tahun. Disisi lain banyak pemain-pemain lain yang siap-siap menerkam untuk menggantikan dia apabila penampilannya mulai menurun. Itulah seleksi alam..

Hal yang kedua adalah ketika dalam sebuah rapat di kantor saya saat ini Markas Besar PBB di New York sini. Kantor Organisasi Internasional terbesar di dunia dengan proses seleksi penerimaan yang begitu ketat dan tekanan pekerjaan yang datang bertubi-tubi setiap hari.

Tidak ada kata mengeluh dan menyerah akan beban pekerjaan tersebut dan kami setiap hari dituntut untuk selalu memberikan performa terbaik terhadap beban pekerjaan yang ada. Tantangan pekerjaan begitu dinamis, konflik diberbagai belahan dunia selalu ada setiap masalah membutuhkan perhatian tersendiri untuk dikendalikan penanganannya dari New York. Stake holder kami bukan saja negara-negara dan warganya yang terlibat dalam konflik, namun juga 193 negara anggota PBB yang telah memberikan kontribusi dalam "saweran" agar roda organisasi PBB tetap berjalan.

Kinerja kami dituntut untuk selalu maksimal. Dan ketika kita tidak mampu melaksanakan, maka banyak sekali para kandidat pengganti kami menunggu diluar untuk mengambil pekerjaan ini.

Jadi seperti judul diatas, kalau kamu tidak mampu bekerja dengan baik, maka orang lain akan mengambil pekerjaanmu. Hal seperti inilah yang membuat kami-kami terus memacu performa pekerjaan agar tetap optimal.

Tidak ada kasak kusuk, tidak ada "asal bapak senang", apalagi belas kasihan, semua diukur dari produktivitas kita. Kehidupan pekerjaan ini adalah kehidupan organisasi yang berorientasi pada budaya pelayanan.

Korelasinya denga kita2 apa? Apakah ada yang salah dengan kita? Apakah kita tidak bekerja keras selama ini?

Pertanyaan menarik, yang saya coba jawab dengan sebuah analogi menarik..

Cobalah lihat orang yang menebang pohon dengan kampak yang tumpul, apakah dia telah bekerja keras? Iya betul dia telah bekerja keras,.

Tapi apakah dia bisa menebang pohon itu? Tidak akan bisa, kecuali dia berhenti sejenak, mengasah kampak, mengumpulkan tenaga, menentukan cara yang tepat dan selanjutnya,, bisa kita bayangkan hasilnya..

Tulisan ini dibuat tanpa judul, karena hanya iseng2 saya saja yang sedang dalam perjalanan saya di bus menuju ke Kantor Pagi ini..

Ayo bangkit Indonesia, bangkitlah Polri..!!

No comments:

Post a Comment