Friday, December 28, 2012

GAYA HIDUP APA YANG KITA PILIH?




Seperti di negara-negara lain, di tanah air kita bisa membedakan beberapa gaya hidup dengan empat indikator;
1. Orang Berharta Dan Memperlihatkan Hartanya; Orang seperti ini biasanya bergaya hidup mewah. Untung perilakunya ini masih sesuai dengan  penghasilannya sehingga secara finansial sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Namun dia terlihat seperti sombong dan menjadi hina ketika tidak membelanjakan hartanya di jalan Allah.

2. Orang Yang Tidak Berharta Banyak Tetapi Ingin Kelihatan Berharta; Gaya hidup mewah sebenarnya diluar kemampuan dia, namun ia selalu ingin tampil lebih daripada kenyataannya. Tidaklah aneh jika keadaan finansialnya “lebih besar pasak daripada tiang”. Tampaknya, orang seperti ini benar-benar tahu seni menyiksa diri. Hidupnya amat menderita, dan sudah barang tentu ia menjadi hina dan bahkan menjadi bahan tertawaan orang lain yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.

3. Orang Tak Berharta Tetapi Berhasil Hidup Bersahaja; Orang seperti ini tidak terlalu rumit dalam menjalani hidup karena tidak tersiksa oleh keinginan, tidak ruwet oleh pujian dn penilaian orang lain, kebutuhan hidupnya pun sederhana saja. Dia akan hina kalau menjadi beban dengan menjadi peminta-minta yang tidak tahu diri. Namun, tetap juga berpeluang menjadi mulia jikalau sangat menjaga kehormatan dirinya dengan tidak berharap dikasihani, tidak menunjukan kemiskinannya, tegar dan memiliki harga diri.

4. Orang Yang Berharta Tetapi Hidup Bersahaja; Inilah orang yang mulia dan memiliki keutamaan. Dia mampu membeli apapun yang dia inginkan, namun berhasil menahan dirinya untuk hidup seperlunya. Dampaknya hidupnya tidak berbiaya tinggi, tidak menjadi bahan iri dengki orang lain, dan tertutup peluang menjadi sombong, serta takabur plus riya. Dan yang lebih menawan akan menjadi contoh kebaikan bagi orang lain. Memang aneh tapi nyata jika orang yang berkecukupan harta tetapi mampu hidup bersahaja (tentu tanpa kikir). Sungguh ia akan mempunyai pesona kemuliaan tersendiri. Pribadinya yang lebih kaya dan lebih berharga dibandingkan seluruh harta yang dimilikinya

Bagaimana pandangan kita terhadap seseorang yang selalu tampil dengan keluaran terbaru baik fesyen, gadget, maupun kendaraan terbaru? Gadget terbaru selalu ada di genggamannya. Kadang kita juga melihat rekan kerja yang menggunakan tas dengan merk yang cukup mahal dengan jenis dan warna berbeda. Dan lucunya, ternyata gaya yang sama tak hanya diidap oleh rekan kita tersebut. Istri dan anak-anaknya pun punya gaya yang sama.

Salah satu pelajaran hidup terpenting yang saya dapatkan dengan tinggal di Amerika sini adalah berkaitan dengan gaya hidup tersebut. Banyak tokoh yang dewasa ini mengaitkan antara gaya hidup dan budaya korupsi suatu bangsa. Dalam perkembangannya, mereka kemudian mencontohkan gaya hidup budaya barat adalah salah satu pembanding yang tidak perlu ditiru, karena mengajarkan tentang kemewahan. Gaya hidup mewah inilah yang kemudian ditenggarai sebagai salah satu elemen utama merebaknya tindakan korupsi ditanah air dewasa ini.

Setidaknya sekali dalam hidup, mungkin diantara pembaca ada yang ingin merasakan hidup di luar negeri seperti yang digambarkan di film-film. Tapi, percaya atau tidak, kehidupan kebanyakan orang diluar negeri itu tidak seperti cerita film yang hidup dengan berfoya-foya dan bergelimang kemewahan. Kebanyakan dari kami yang tinggal di luar negeri ini hidup dan bekerja secara keras, menggunakan transportasi umum saja, tanpa pembantu rumah tangga dan semua harus mengerjakan sendiri karena harga tenaga manusia sangat mahal. Demikian juga halnya yang saya lihat terhadap banyak orang kaya di New York sini, ternyata, beberapa di antara mereka punya gaya hidup sederhana, jauh dari kesan mewah, seperti orang biasa pada umumnya; berdesak-desakan di Bus dan Subway, meskipun mereka bergaji jutaan dollar pertahun.


Saya melihat, merasakan dan mengalami sendiri, bahwa ternyata gaya hidup suatu masyarakat itu berbeda dengan masyarakat yang lain. Kita tidak bisa kemudian membandingkan gaya hidup sebuah masyarakat dengan masyarakat lain dan apalagi gaya hidup sebuah bangsa dengan bangsa lain serta meng-kambing hitamkan sebuah gaya hidup sebagai gaya hidup yang mewah dan memuji gaya hidup yang lain adalah gaya hidup yang sederhana.

Apakah menggunakan pesawat terbang untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Medan dianggap sebagai gaya hidup mewah bila dibandingkan dengan menggunakan bus atau kapal laut? Apakah menggunakan internet di Amerika adalah sebuah gaya hidup mewah? Apakah naik mobil bagi orang yang bergaji besar adalah sebuah kemewahan? Apakah berlibur bagi orang tertentu adalah sebuah kemewahan? Tentu saja tidak, bagi mereka menggunakan internet adalah sebuah kebutuhan, naik mobil adalah kebutuhan dan hampir semua keluarga di Amerika memiliki mobil yang bisa dicicil, berlibur adalah hak yang harus diambil dan digunakan karena hari-hari mereka sudah jenuh dengan pekerjaan yang menumpuk.

.
Mengukur Gaya Hidup Kita:



Saya sudah menggambarkan bahwa setidaknya ada 4 indikator gaya hidup yang ada di kita. Pertanyaannya adalah, apasih gaya hidup mewah itu? Dan apapula gaya hidup sederhana? Bagaimana Konteks gaya hidup sederhana diaplikasikan dalam sebuah keluarga?

Sebelum panjang lebar membahas beberapa pertanyaan diatas, marilah kita mencoba menjawab beberapa pertanyaan sederhana berikut ini:
Apakah Handphone adalah alat komunikasi yang menunjukkan sebuah kemewahan atau kebutuhan pada saat ini?
Apakah Sepeda motor adalah alat transportasi yang menunjukkan sebuah kebutuhan atau kemewahan saat ini?
Apakah menyekolahkah anak di SD sampai SMA adalah sebuah kemewahan dewasa ini?
Apakah Makan dengan 4 sehat 5 sempurna sehari adalah sebuah kemewahan?
Apakah bepergian ke tempat wisata sebulah sekali adalah sebuah kemewahan?
Apakah membeli pakaian satu potong perorang dalam sebulan sekali adalah kemewahan? 
Apakah kalau kita makan di sebuah rumah makan sebulan sekali adalah sebuah kemewahan?
Apakah membeli bensin untuk kendaraan bermotor kita adalah sebuah kemewahan?
Apakah mencicil rumah sederhana atau mengontrak rumah tipe 70 adalah sebuah kemewahan?
Apakah membayar listrik dan air adalah sebuah kemewahan?
Apakah mempunyai televisi adalah sebuah kemewahan?
Apakah membeli obat-obatan yang diperlukan untuk anak kita adalah kemewahan?
Apakah berlebaran mudik ke kampung adalah kemewahan?
Apakah menyumbang saudara yang kesusahan adalah sebuah kemewahan?
Apakah menyumbang lingkungan termasuk rumah ibadah adalah kemewahan?
Dan beberapa pertanyaan lainnya

Bila sebagian besar dari kita menjawab semua pertanyaan diatas dengan jawaban yang sama: Itu semua adalah barang sederhana dan sesuai kebutuhan kita..!!!! maka pertanyaan berikutnya adalah berapa kira-kira uang yang diperlukan untuk memenuhi itu semua. Cobalah menghitung dengan logika matematika sederhana dan dikaitkan dengan kondisi terkini dari nilai barang-barang ataupun kebutuhan itu. Maka kita akan mendapatkan angka yang fantastis; setidaknya  seorang suami sebagai kepala rumah tangga dan anak 2 membutuhkan uang sejumlah 10 juta rupiah untuk memenuhi kebutuhan sederhana tersebut (Cobalah hitung dengan teliti)

Fakta diatas, dapat menjelaskan, bahwa untuk hidup sederhana saja kita sulit dengan tingkat pendapatan kita saat ini, apalagi untuk hidup mewah. Pendapatan rata-rata manusia produktif di Indonesia sangatlah tidak sebanding dengan kebutuhan kehidupan minimal yang harus dia penuhi. Belum lagi kalau gelombang konsumerisme dan hedonisme menghempas kehidupan kita setiap hari melalui media informasi, maka tingkat keinginan kita untuk memembeli dan meng-konsumsi sesuatu menjadi naik.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak para ”suami” yang merasa harus bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan dasar tersebut dengan melakukan ”jihad” bagi keluarganya. Salah satu Jihad besar suami adalah mencukupi kebutuhan keluarga. Namun menjadi naif ketika para suami tidak bisa menjawab pertanyaan sampai ”seberapa cukup’???” yang pada akhirnya kita rela melakukan apapun untuk men”cukupi” sesuatu yang tidak pernah cukup tersebut.

Ini berarti menggambarkan kepada kita bahwa sudah tidak pada tempatnya lagi bagi kita untuk bergaya hidup berharta (padahal tidak berharta). Alah SWT bahkan dengan keras meminta kita agar waspada pada bahaya cinta kemewahan dan kemegahan, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (Qs At-Takatsur 1-3).

Gaya hidup bersahaja dan sederhana merupakan salah satu gaya hidup yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah memilih gaya hidup sederhana dan berzuhud dengan dunia dan isinya. Inilah keteladanan gaya hidup yang ditunjukkan oleh pemimpin besar seperti Rasulullah.

Rasulullah bukan lah orang yang tak bisa kaya raya. Hidup zuhud menjadi pilihan dirinya sebagai seorang Nabi dan Rasul. Seorang Rasul adalah contoh tauladan bagi ummatnya, maka apa yang dipilih oleh Rasulullah adalah suri tauladan terbaik yang akan membuat hidup lebih bahagia.  Meskipun gaya hidup bersahaja dan sederhana merupakan gaya hidup yang dipilih oleh Rasulullah, namun beliau tidak pernah melarang ummatnya untuk menjadi kaya. Bahkan beliau mendukung ummat Islam untuk menjadi kaya.  Para sahabat di masa Rasulullah seperti Usman bin Affan merupakan sahabat dari kalangan yang kaya raya yang selalu siap menafkahkan kekayaannya untuk dakwah Islam. Islam meminta ummatnya untuk menjadi kaya agar dari kekayaan itu diberikan untuk kemaslahatan dakwah Islam itu sendiri. 

Gaya hidup bersahaja dan sederhana merupakan pilihan.  Kaya atau sederhana adalah pilihan, demikian juga zuhud. Ketika seseorang memiliki banyak harta maka pertanggung jawaban pemiliknya di akhirat akan semakin besar.  Di dunia mungkin bisa berbahagia, namun pertanyaan besar yang akan diajukan kepada orang kaya adalah ‘dari mana engkau mendapatkan hartamu dan kau kemanakan hartamu?’ inilah pertanyaan besar yang membuat mereka yang memilih gaya hidup zuhud menjadi takut. Ketika diri kita merasa sebagai sosok yang mudah tergelincir dengan kekayaan dunia atau tidak amanah dengan nikmat harta benda yang diberikan, maka zuhud adalah pilihan hidup terbaik untuk mempermudah segala bentuk pertanggung jawaban di akhirat. Rasulullah adalah suri tauladan gaya hidup zuhud dan sederhana, sementara Usman bin Affan dan sahabat lainnya adalah suri tauladan orang-orang kaya yang menafkahkan kekayaan mereka untuk kemaslahatan dakwah Islam. 



Di dalam memaknai gaya hidup bersahaja dan sederhana perlu dibedakan antara miskin dan zuhud. Zuhud adalah pilihan hidup seseorang yang sebenarnya memiliki peluang atau kesempatan untuk hidup dalam gelimangan harta benda, namun mereka lebih memilih gaya hidup sederhana dan zuhud. 
Sementara miskin merupakan kondisi kehidupan yang sebenarnya tidak diinginkan dan bukan pilihan.  Islam menganjurkan ummatnya untuk menjadi seseorang yang kaya sehingga dengan kekayaannya tersebut akan memberikan banyak kemaslahatan bagi dakwah Islam. Namun bagi mereka yang berhati-hati dalam hidup, tentunya lebih memilih zuhud sebagaia gaya hidup yang aman.

Banyak yang CINTA Nabi Muhammad SAW, tapi SEDIKIT yang mau HIDUP SEPERTI Nabi Muhammad SAW. Sebesar apapun pendapatan yang kita peroleh tidak akan pernah cukup jika hanya memperturutkan hawa nafsu, tapi biarpun sedikit pendapatan yang kita peroleh tapi kita bersyukur maka akan makin Barokah dan memberikan banyak manfaat bagi kita, bukan pendapatan yang membuat orang ‘menghalalkan’ segala cara tapi ‘NAFSU’ yang membuat orang ‘Lupa bahwa ada SIKSA dihari nanti’ kelak.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". QS Al-Imran [3] Ayat 8

3 comments:

  1. Terima kasih atas tulisan ini, Mas Krishna. Saya kira, Mas Krishna sudah nisa menulis seperti ini, tentu sudah bisa melakukannya dengan baik. Mari kita wujudkan dalammkehidupan kita gaya hidup yang kita butuhkan untuk survive sebagai seorang yng beriman, apapun agama yang dianutnya.

    ReplyDelete
  2. Gaya hidup yang sesuai dengan karakter kita, tentunya perlu disesuaikan dengan gaya hidup sesuai dengan pekerjaan kita. Kalau pekerjaan kita seperti sekarang ini, maka gaya hidupnya haruslah menyesuaikan dengan pendapatanny! sehingga tidak ada yang menyimpang dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pegawai. Kalau ingin merubah gaya hidup seperti orang kaya, maka kita harus segera merubah pekerjaan kita menjadi pengusaha, agar bisa mendapatkan pendapatan seimbang dengan keperluan sebagai orang kaya....he he he he.....

    ReplyDelete
  3. sangat luar biasa, Bang..!!!
    sangat menyentuh, mencerahkan dan inspiratif.

    semoga semua kita dapat menjalani gaya hidup zuhud! dengan catatan; gaji perbulan, paling tidak, 10 juta..!!!

    he.. he...
    ampuuuun.....!!!

    ReplyDelete